Text
Komunikasi antarbudaya di tapal kuda : antisipasi konflik dalam keluarga
Di daerah Tapal Kuda (Jember, Bondowoso, Situbondo, Lumajang, Probolinggo, dan Pasuruan) banyak orang yang melakukan perkawinan antaretnik, misalnya orang Jawa menikah dengan orang Madura, dan sebagainya. Dalam perspektif berindonesia, perkawinan antaretnik merupakan salah satu jembatan penghubung antarbudaya, sarana penyatuan, sekaligus sarana penguat ikatan bangsa. Namun demikian, pada keluarga perkawinan antaretnik rawan terjadi salah paham yang dapat menimbulkan konflik. Seringkali konflik ditimbulkan oleh masalah yang sebenarnya sangat sepele yang semula hanya terjadi antara suami dan istri. Oleh karena tidak diantisipasi, konflik dapat berkembang menjadi masalah serius yang melibatkan keluarga besar pihak suami maupun istri yang pada akhirnya menjadi salah satu penyebab timbulnya perpecahan keluarga dan bahkan perceraian. Konflik tidak hanya disebabkan oleh faktor ekonomi, tetapi karena kegagalan komunikasi. Kegagalan terjadi akibat kurangnya pengetahuan tentang kaidah kesantunan berkomunikasi dan kurangnya pemahaman antarbudaya di antara mereka. Buku ini mengemukakan pola dan strategi komunikasi yang kemungkinan dapat digunakan sebagai acuan berkomunikasi oleh pelaku perkawinan antaretnik di daerah tersebut. Buku ini diawali oleh pendahuluan yang membahas perihal (1) komunikasi antaretnik, (2) pendatang dan adaptasi, dan (3) bahan tulisan buku ini. Inti dari bab ini adalah memberi penjelasan bahwa di daerah Tapal Kuda, Jawa Timur didapatkan banyak pelaku perkawinan antaretnik. Selanjutnya, dalam bab yang bertajuk pemahaman konsep membahas pengertian konsep-konsep yang digunakan dalam buku ini, meliputi (1) penjelasan tentang Tapal Kuda dan kajian tentang Tapal Kuda, (2) prinsip komunikasi, (3) kesantunan, (4) pola komunikasi, (5) kompetensi komunikatif, (6) makna dan maksud komunikasi, dan (7) kegagalan komunikasi. Pada bab selanjutnya, dikemukakan sebab terjadinya kegagalan komunikasi dan beberapa hal yang dapat menjadi pemicu terjadinya konflik dalam keluarga akibat faktor komunikasi. Sebagai penutup, dibahas tentang beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam komunikasi antaretnik agar terhindar dari terjadinya konflik dan kegagalan komunikasi serta model komunikasi antarbudaya. Pembaca akan memperoleh pengetahuan bagaimana cara mengantisipasi dan menghindari terjadinya konflik keluarga antaretnik dengan membaca buku ini karena kegagalan komunikasi pascanikah. Bahan penulisan buku ini didasarkan pada hasil penelitian yang penulis lakukan di daerah Tapal Kuda dan Pendalungan, Jawa Timur, Indonesia hampir selama dua tahun. Dengan demikian, kasus yang disajikan dalam buku ini bersifat faktual dan empiris.
Tidak tersedia versi lain